Kamu sibuk memilih baju di dalam lemarimu. Rambutmu yang sedikit basah masih kau jepit asal, wajahmu belum tersapu make up, aroma sabun masih menguar kuat dari tubuhmu. Keningmu berkerut memandang koleksi bajumu, lalu tanganmu bergerak mengambil salah satu baju. Mematut-matut diri di depan cermin. Tidak puas, kamu lempar baju itu ke tempat tidur, lalu kamu keluarkan baju yang lain. Begitu terus berkali-kali, sampai akhirnya kamu manyun kebingungan. Hihihi, kamu lucu sekali kalau sudah manyun begitu. Makin cantik, menurutku.
“Pakai baju yang mana?”, kamu bertanya padaku.
“Yang manapun bagus.”, jawabku sungguh-sungguh.
“Ini kencan pertamaku dengannya. Aku ingin tampil beda.”, kamu merajuk, merasa aku tak membantu dengan jawabanku barusan.
“Baiklah, kamu mau menampilkan imej seperti apa? Feminin? Tomboy?”, akhirnya aku mengalah dan membantumu memilih baju.
“Feminin tapi nyaman.”, jawabmu lugas. Ah, kamu memang wanita yang feminin tapi easy going. Katanya ingin tampil beda? Harusnya kamu bergaya tomboy. Aku terkikik dalam hati.
Lalu kutunjuk sebuah rok manis berwarna coklat muda, berenda-renda. Kutunjuk pula sebuah tas mungil dengan warna hitam dan sepasang sepatu flat yang senada.
Kamu sepertinya puas dengan pilihanku. Kamu mulai memakai semua yang tadi kutunjuk, dan memandang dirimu di cermin. Kamu bersenandung gembira sambil mengulas make up tipis di seluruh wajahmu. Aku sebenarnya lebih suka melihatmu tanpa make up, kamu sudah cantik kok.
Aku menarik nafas panjang. Ah, sebenarnya aku iri padanya. Aku pun ingin berkencan denganmu. Tapi aku tahu, kamu suka sekali padanya. Jadi aku mengalah saja. Aku lebih sayang kamu, aku ingin kamu bahagia.
“Bagaimana?”, tiba-tiba kamu bertanya padaku.
“Apanya?”, jawabku, menyembunyikan kekagumanku akan penampilanmu. Ah, ternyata aku salah. Kamu pintar berdandan, make up itu kamu ulas tipis-tipis, hanya supaya wajahmu tidak terlihat pucat. Kamu jadi makin cantik, aku jadi ingin menempelkan bibirku di pipimu, menciummu penuh rasa sayang. Tapi aku tahu aku tidak bisa melakukan hal itu.
“Bagaimana penampilanku, tentunya. Bagaimana?”, kamu kembali bertanya sambil memutar-mutar dirimu di depan cermin. Membuat rok mu mengembang sedikit.
“Kamu manis.”, kataku.
“Sungguh?”, matamu berbinar bahagia mendengar penilaianku. Aku tahu, kamu percaya sekali pada penilaianku, karena aku tidak pernah berbohong padamu.
“Sungguh.”, jawabku sambil tersenyum. Di depan cermin, kulihat kamu pun tersenyum.
“Terima kasih. Aku pergi dulu ya.”, kamu pun menyentuhkan tanganmu ke cermin, menyentuh tanganku. Lalu kamu tersenyum, dan aku pun tersenyum. Kamu melangkah, bayanganmu menghilang dari cermin, dan akupun menghilang.
Comments
Post a Comment