Skip to main content

Ini bukan judul terakhir

Kalau dipikir, akhir-akhir ini aku seperti orang gila. Memikirkanmu setiap saat, tak peduli dimana aku berada. Di kantor, di angkutan umum, di jalan, di kantin. Setiap detik, hanya kamu yang ada di pikiranku. Dan aku baru bisa tenang ketika sudah menumpahkan semua tentangmu dalam tulisan. Karena buatku, menulis itu membebaskan. Membebaskan beban hati, membebaskan imajinasi, membebaskan khayal diri, membebaskan himpitan asa, membebaskan pikiran dari kamu.

Aku berkutat denganmu setiap hari, akhir-akhir ini. Kadang aku kesal karena tak bisa menumpahkanmu dalam bentuk tulisan sesuai mauku. Kadang aku senang karena tulisanku memang seperti kamu yang kumau. Ah, kamu betul-betul membuatku gila! Gila yang menyenangkan, tentunya. 

Tapi besok kamu pergi. Aku pasti kangen kamu, blog ku jadi rajin terisi karena kamu. Aku yang biasanya menulis kalau ada inspirasi saja, kini menulis karena komitmen untukmu, karena dipaksa olehmu, dan aku menikmatinya. Kamu membangkitkan gairahku untuk menulis lagi. Percayalah, ini bukan judul terakhir. Terima kasih untuk kamu, #15HariNgeblogFF. :)

Comments

  1. Eits... tentang #15HariNgeblogFF ternyata :D

    ReplyDelete
  2. Hehehe.. Iya. #15HariNgeblogFF bikin blog ini hidup lagi. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kamu yang Entah Dimana

Mendadak merasa lelah  Seakan tubuh ini pecah  Pikiran pastinya gundah  Penat di hati membuncah  Ingin ada seseorang di sebelah  Yang ada saat aku payah  Sabar ketika aku marah  Sayangi aku tak terbelah  Hai kamu yang entah dimana  Kapan ya kamu ada?  Kapan ya kita berjumpa?  Aku inginnya segera  Hai kamu yang entah dimana  Apa kamu belum lelah berkelana?  Apa kamu belum ingin melabuhkan jiwa?  Denganku berbagi suka duka  Hai kamu yang entah dimana  Aku sudah lelah sendiri saja  Ingin bersama kamu secepatnya  Saling menyayangi seutuhnya  Hai kamu yang entah dimana  Bersua denganku yuk, segera?  Lalu kita berkelana bersama  Kesini dan kesana berdua 

DAG DIG DUG!

Kulangkahkan kaki menuju pantry . Kutenangkan diriku, kuhirup nafas panjang. Tarik nafas, buang nafas, tarik nafas, buang nafas… Kubuat secangkir teh panas. Kental. Pahit. Lalu kubawa cangkir itu ke meja kerjaku. Kulirik jam dinding, masih jam 7.30 pagi. Dia belum datang. DAG DIG DUG! Aku berusaha menenangkan diriku. Mataku tak lepas memandang pintu, sambil kuhirup tehku perlahan-lahan. Rasa pahitnya menyerang indra perasaku, sepahit apa yang kurasakan saat ini. Kenapa dia belum datang? Jam sudah menunjukkan pukul 7.45. Jam 7.55, dia masih belum datang. Ah, apa dia sakit? Kalau dia tidak datang, terpaksa aku menunda omongan ini sampai besok. Padahal aku sudah tidak sanggup lagi memendamnya. Sudah beberapa hari ini aku berperang dengan batinku sendiri, kapankah waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini. Sudah beberapa hari ini aku tidak bisa tidur nyenyak, khawatir akan tanggapannya tentang ini. DAG DIG DUG! Dia datang! Tepat pukul 8.00. Seperti biasa dia menyebarkan senyuman mau...

I beg you, please...

The more I tell myself not to fall for you, the more I fell.. Your little gestures make my heart melts over and over again. You come to help when I ask, without hesitate, with no fuss. You're willing to bring something I want, no questions asked, not feeling burdened. You are kind to me. Too kind. It makes me question if there is any love hidden beneath your actions. If you don't love me, please don't be that kind. Please... I beg you, please don't be too kind to me... I'm not sure I can handle any more heartache. Please... I beg you, please don't be too kind to me. For I might want you more than I would, need you more than I could, and love you more than I should. Please... I beg you, please.......