Skip to main content

Itu Bukan Aku

“Perempuan itu...
Ketawanya ga kenceng begitu
Ketawanya merdu dan syahdu
Sambil tutup mulut, malu-malu”

“Perempuan itu...
Ngomongnya harus lemah lembut
Nada suaranya halus
Ga pake nada tinggi seperti itu”

Perempuan yang kayak gitu...
Sayangnya bukan aku
Yang kalo ngomong kenceng melulu
Ketawanya terdengar di seluruh penjuru 

Perempuan yang kayak gitu...
Sayangnya bukan aku
Yang kalo ngomong seringnya jujur
Omongannya ga pake dipikir dulu

Aku bukan perempuan yang begitu
Sepertinya kau kecewa sekali padaku
Harus berdusta kah aku?
Pura-pura jadi perempuan yang begitu?

Kau pasti tak tahu
Betapa kata-katamu bagai sembilu
Mengoyak dalam hatiku 
Merendahkan harga diriku

Kau yang aku junjung
Bukankah kau sudah tahu
Bahwa aku tidak seperti itu
Tak bisa kah terima saja aku?

Kau yang aku junjung 
Aku ga sanggup berubah jadi begitu
Tak bisa kah kau doakan saja aku?
Jangan kau caci dan cerca melulu

Kau yang aku junjung 
Aku berusaha menahan mulutku 
Berusaha menahan tangisku 
Lama-lama runtuh juga aku

Sekarang aku di pojok situ
Hanya bisa menangis tersedu 
Berharap kau yang aku junjung
Berhenti bilang begitu melulu

Karena perempuan yang begitu bukan aku.

Comments

Popular posts from this blog

Kamu yang Entah Dimana

Mendadak merasa lelah  Seakan tubuh ini pecah  Pikiran pastinya gundah  Penat di hati membuncah  Ingin ada seseorang di sebelah  Yang ada saat aku payah  Sabar ketika aku marah  Sayangi aku tak terbelah  Hai kamu yang entah dimana  Kapan ya kamu ada?  Kapan ya kita berjumpa?  Aku inginnya segera  Hai kamu yang entah dimana  Apa kamu belum lelah berkelana?  Apa kamu belum ingin melabuhkan jiwa?  Denganku berbagi suka duka  Hai kamu yang entah dimana  Aku sudah lelah sendiri saja  Ingin bersama kamu secepatnya  Saling menyayangi seutuhnya  Hai kamu yang entah dimana  Bersua denganku yuk, segera?  Lalu kita berkelana bersama  Kesini dan kesana berdua 

DAG DIG DUG!

Kulangkahkan kaki menuju pantry . Kutenangkan diriku, kuhirup nafas panjang. Tarik nafas, buang nafas, tarik nafas, buang nafas… Kubuat secangkir teh panas. Kental. Pahit. Lalu kubawa cangkir itu ke meja kerjaku. Kulirik jam dinding, masih jam 7.30 pagi. Dia belum datang. DAG DIG DUG! Aku berusaha menenangkan diriku. Mataku tak lepas memandang pintu, sambil kuhirup tehku perlahan-lahan. Rasa pahitnya menyerang indra perasaku, sepahit apa yang kurasakan saat ini. Kenapa dia belum datang? Jam sudah menunjukkan pukul 7.45. Jam 7.55, dia masih belum datang. Ah, apa dia sakit? Kalau dia tidak datang, terpaksa aku menunda omongan ini sampai besok. Padahal aku sudah tidak sanggup lagi memendamnya. Sudah beberapa hari ini aku berperang dengan batinku sendiri, kapankah waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini. Sudah beberapa hari ini aku tidak bisa tidur nyenyak, khawatir akan tanggapannya tentang ini. DAG DIG DUG! Dia datang! Tepat pukul 8.00. Seperti biasa dia menyebarkan senyuman mau...

I beg you, please...

The more I tell myself not to fall for you, the more I fell.. Your little gestures make my heart melts over and over again. You come to help when I ask, without hesitate, with no fuss. You're willing to bring something I want, no questions asked, not feeling burdened. You are kind to me. Too kind. It makes me question if there is any love hidden beneath your actions. If you don't love me, please don't be that kind. Please... I beg you, please don't be too kind to me... I'm not sure I can handle any more heartache. Please... I beg you, please don't be too kind to me. For I might want you more than I would, need you more than I could, and love you more than I should. Please... I beg you, please.......