Skip to main content

Posts

Showing posts from 2012

Mencari bintang di langit kelam

Mencari bintang di langit kelam. Itu status bbm gw malem kemarin. Puitis? Galau? Hihihi.. Well , kemarin gw landing di Soetta jam 16.30, naik travel dan berangkat menuju Bandung jam 17.23. Langit mulai temaram dong ya? Gw duduk di deket jendela. Entah kenapa gw ga bisa tidur sepanjang jalan. So, I looked at the sky. Langit yang pelan-pelan menjadi semakin gelap, semakin pekat. Gw terus memandang langit, berharap menemukan bintang disana. Sekerlip bintang yang bercahaya. Tapi, langit gelap saja. Gak ada bintang. Meskipun gw tau bahwa theoretically bintang ada di langit, cuma kadang ga keliatan kalo langit mendung atau banyak polusi cahaya, entah kenapa gw merasa kalo gw terlalu lama ga liat bintang di langit, keyakinan gw bahwa bintang itu ada akan hilang pelan-pelan. The same way I feel about love.. I know love is there, sometimes you just couldn't see it because of something. But, if I don't see or feel love once in a while, I feel my faith about love could be go

Rindu.. Serindu-rindunya..

Di Balikpapan, sendirian. Di kamar hotel yang luas, dengan langit malam mengintip dari celah jendela. Ingin sekali turun ke kolam renang, lalu merenung sambil mendengar gemericik air. Lalu pasti ingat kamu. Kenapa kamu masih saja ada di kepalaku? Tadi di jalan, antara bandung-tangerang-balikpapan, berapa kali kamu muncul di pikiranku? Tak terhitung. Aku rindu.. Rindu serindu-rindunya. Rindu hadirmu, tawamu, disayangimu.. Aku rindu.. Rindu serindu-rindunya. Rindu sampai hati ini perih, walau tak setetes pun ada tangis. Cinta, aku rindu... Rindu serindu-rindunya..

Sungguh, kuingin kamu inginiku..

"Pak, saya izin keluar sebentar. Sakit perut.", kudengar sayup-sayup suaramu. Aku yang sedang konsentrasi meng-copy paste file di laptop yang terhubung dengan layar infocus, tidak menoleh. Aku hanya berpikir, ckckck ternyata penyakitmu kambuh lagi.  Ya, kamu memang sering mendadak sakit perut. Aku tetap berkonsentrasi pada rapat yang sedang berlangsung. Aku mendadak ditunjuk menjadi tukang ketik, dan karena ketikanku langsung terhubung pada layar besar, maka aku berkonsentrasi penuh kesana. Rapat sudah hampir selesai, posisiku sebagai tukang ketik digantikan oleh rekanku. Aku menoleh, mencari-cari dirimu. Kamu tidak kembali lagi ke ruang rapat. "Dia kemana, Bu?", aku bertanya pada salah satu teman. "Dia izin pulang, katanya Bapaknya sakit keras.", jawab temanku. "Ooh..", jawabku pendek. Aku tahu bapakmu memang sedang sakit. Kamu pernah cerita padaku. Selesai rapat, aku berlari ke ruang Tata Usaha untuk mencetak hasil rapat tadi. "

Survailen day 2..

Hari ini diwarnai dengan ketunduhan tiada tara.. Oh, well.. Gini nih rasanya nunggu nasib. Capek. Ntar malem mau bergalau ma Irma, nyari tempat makan yang cozy. Sebagai penebus kepuyengan 2hari belakangan ini. :-D

Survailen!

Haduuh, ada survailen di kantor. It almost the same with audit. Dan seperti biasa, meskipun udah disiapin dokumen-dokumennya dari beberapa waktu yang lalu, teteeeep aja pas mendekati hati H, banyak yang mesti disiapin ulang. So, gw dari kemaren udah bawa file buat dibikin rekapannya di rumah.. Data yang akan dibikin, bentuk tabelnya, udah dipikirkan dalam mimpi. :-P maksudnya, gw pulang kantor ga langsung ngerjain data, kepala udah puyeng banget, jadi gw tidur dulu. Pasang alarm jam 00.30, bangun, baca timeline buat ngumpulin mood sampe jam 1. Nyalain laptop, colok usb, daaan.. Jengjeng!!! Gw salah copy file! Asli beteee banget! Gw ga bisa tidur sampe jam 3. Jam masuk kantor itu jam 8.30 sampe 17.00, due to this survaillance, I was ready at the office at 7.05! Yeah, kerajinan.. Data yang mu dibikin, ga sempet dikerjain. So, pasrah, en bismillah aja ngadepin asesor ntar. Anyhoo, survailen hari ini berjalan cukup lancar, sepertinya. Besok survailen lagi, ngelanjut hari ini. Finger cross

Hujan ini rinduku untukmu

Hujan datang ke tempatku malam ini. Apa hujan juga datang ke tempatmu? Kuharap hujan juga disana, menyelimutimu dengan kesejukan, menyenyakkan tidurmu, menyenangkan malammu. Apa kamu kedinginan malam ini? Jangan salahkan hujan, ya. Bila kau pinta, aku akan disisimu, menyelimutimu, menghangatkanmu dengan sayangku. Apa kamu kesepian malam ini? Apa kamu memikirkanku seperti aku memikirkanmu? Maka pintalah agar aku disisimu.  Aku rindu. Hujan akan menyampaikan rinduku padamu. Kuharap kamu mengerti bahasa hujan, sehingga kau mengerti rasaku. Sampaikan apa rasamu pada hujan agar aku tak bertanya-tanya tentangmu. Aku sungguh rindu padamu. Bila kau tidak merasa itu, tolong beritahu aku agar bisa kuhapus rasaku. Selamat malam, kamu. Nikmati hujan di malammu dan akan kunikmati hujan di malamku.

Rasa ini untukmu

Ketemu kamu pertama kali baru Kamis lalu Tapi langsung suka padamu, pada "nyunda"-mu Aku tak berani berharap kamu masih seperti aku Masih sendiri seperti diriku Kamis kemarin ketemu kamu lagi Lalu temanmu memberi info terkini Kamu katanya masih sendiri Senyumku langsung mengembang di bibir Benarkah kamu masih sendiri? Bolehkah aku mengeceng dirimu, officially ? Apakah aku menyukaimu terlalu dini? Atau haruskah kuhapus rasa asa ini? Kapan ya, bisa ketemu lagi denganmu? Aku deg-deg an menunggu email darimu Email yang sengaja kupinta untuk menyambung tali itu Ya, sengaja kupinta supaya hubungan tidak langsung putus begitu Duh, aku rindu sama kamu Ingin dengar kabar darimu Ingin kenal kamu lebih jauh Ingin merasakan rasa itu lagi padamu Duh, rindu ini begitu menyiksa Tapi aku begitu menikmatinya Hei, jangan kamu pikir aku gila Aku hanya pecandu cinta Aku menikmati setiap proses mencinta Rindu, deg-deg an Tersiksa, bahagia Merajut asa dan merenda khayal Kucoba meng- googlin

Menikahlah denganku...

“Menikahlah denganku.”   “APA?”, aku shock , kaget dengan perkataannya yang tiba-tiba. “Tak usah sekaget itu. Aku serius.” “Tapi, bukannya kau sudah punya pacar?” “Pacar? Kau betul-betul percaya ceritaku tentang ‘pacarku’ itu?”, ia menggelengkan kepala putus asa. “Aku tidak pernah punya pacar, aku mengarang itu semua supaya kau tidak curiga kalau aku mencintaimu selama ini.” “Tapi…” aku kehilangan kata-kata. “Tapi apa? Jangan bilang kalau kau tidak pernah curiga pada perasaanku, pada perlakuanku padamu. Kau tidak sebodoh itu. Justru wanita itu yang bodoh karena sudah menyia-nyiakan kamu.” Ia menarik nafas panjang. “Percayalah, aku mencintaimu selama ini. Beri aku kesempatan untuk membuktikannya. Menikahlah denganku, ya? Cukup sudah aku ada disampingmu sebagai sahabatmu. Biarkan aku mengisi hidupmu selanjutnya dan selamanya.” “Asal kau tahu saja, aku putus dengan pacarku ya gara-gara kamu. Entah sejak kapan kamu memenuhi isi kepalaku, membuatku inginimu lebih dari selama ini

Sah!

“Bagaimana, sah?” “SAH!” Alhamdulillah… kuucap syukur dalam hati. Kuperhatikan wajahnya yang sumringah. Ia pun mengucap syukur penuh sungguh. Kulihat genangan air mata bahagia di matanya yang bulat. Mata yang kusuka, mata yang kucinta, mata yang kujaga agar selalu bahagia. Kulirik ia sekilas, ternyata ia pun sedang sembunyi-sembunyi melirikku. Aku tersenyum padanya, tersenyum meyakinkan bahwa aku pun bahagia. Dia yang selalu cantik, kini lebih cantik lagi. Manglingi, istilahnya. Maklum, ia jarang sekali berdandan, sehingga dipoles sedikit saja sudah jadi sangat berbeda. Dia, yang telah kucintai selama bertahun-tahun, yang kebahagiaannya adalah kebahagiaanku, kini mencium tanganku penuh khidmat dan agak malu-malu. “Doakan kami, Yah.”, pintanya ketika mencium tanganku. Aku tak kuasa menjawab. Kupeluk ia erat, kucium keningnya. Kau pasti tahu betapa aku menyayangimu, Nak. Doaku pasti terucap untukmu. Berbahagialah dengan pasanganmu kini. Ia takkan menyakitimu, kulihat betapa dalam

Ini bukan judul terakhir

Kalau dipikir, akhir-akhir ini aku seperti orang gila. Memikirkanmu setiap saat, tak peduli dimana aku berada. Di kantor, di angkutan umum, di jalan, di kantin. Setiap detik, hanya kamu yang ada di pikiranku. Dan aku baru bisa tenang ketika sudah menumpahkan semua tentangmu dalam tulisan. Karena buatku, menulis itu membebaskan. Membebaskan beban hati, membebaskan imajinasi, membebaskan khayal diri, membebaskan himpitan asa, membebaskan pikiran dari kamu. Aku berkutat denganmu setiap hari, akhir-akhir ini. Kadang aku kesal karena tak bisa menumpahkanmu dalam bentuk tulisan sesuai mauku. Kadang aku senang karena tulisanku memang seperti kamu yang kumau. Ah, kamu betul-betul membuatku gila! Gila yang menyenangkan, tentunya.   Tapi besok kamu pergi. Aku pasti kangen kamu, blog ku jadi rajin terisi karena kamu. Aku yang biasanya menulis kalau ada inspirasi saja, kini menulis karena komitmen untukmu, karena dipaksa olehmu, dan aku menikmatinya. Kamu membangkitkan gairahku untuk menulis la

Kalau odol lagi jatuh cinta...

“Aku bosan seperti ini terus!”, rajuk odol. “Seperti ini bagaimana, maksudmu?”, tanya sikat gigi. “Ya seperti ini. Aku merindukanmu setiap waktu, tapi hanya bisa bersama denganmu beberapa saat saja, sebelum manusia itu mengganggu kebersamaan kita dengan menghancurkan aku menjadi busa. Aku ingin lama bersama denganmu, mencumbui setiap senti tubuhmu.”, odol   menjelaskan. “Tapi, bukankah dengan begini, cinta kita jadi tetap membara karena dibakar rindu? Toh, kita tetap bertemu minimal dua kali sehari. Cukup untuk melepas rindu.”, sikat gigi berusaha memberi pengertian pada odol. “Tidak mau! Aku lelah merindukanmu! Aku ingin bersamamu, lebih lama.”, odol tetap keras kepala. “Kalau begitu, berdoalah supaya manusia membiarkan kita bersama lebih lama.” *** “Ah, cintaku, sepertinya Tuhan mendengarkan doaku. Aku bisa bersamamu kini, lama, tidak hanya sesaat seperti biasanya.”, odol mencumbui tubuh sikat gigi. Ya, pagi ini, manusia pengganggu itu terburu-buru mandi, sehingga ia lupa s

Merindukanmu itu seru!

"Maaf ya, aku membuatmu menunggu.", kataku penuh sesal. "Tidak apa-apa.", jawabmu ringan. Kamu tersenyum manis menatapku, membuatku heran. Orang lain pasti akan ngambek kalau disuruh menunggu seperti kamu menunggu aku. "Benar tidak apa-apa? Memangnya kamu tidak rindu?", tanyaku penasaran.   "Tentu saja rindu! Rindu sekali. Tapi betul kok, tidak apa-apa.", jawabmu, mencoba meyakinkanku. Kutatap matamu, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya kau rasakan. Tapi kulihat jujur disana. Aku jadi makin heran. "Lalu?", aku makin penasaran. Baru sekarang kutemukan orang seperti kamu.   "Merindukanmu itu seru!", katamu sambil tersenyum sedemikian lebar. Seakan kau sedang menghadapi sesuatu yang sangat menyenangkan. Keningku berkerut, mencoba memahamimu, menunggumu menjelaskan. "Iya, merindukanmu itu seru. Harus berakting seperti orang waras ketika isi kepalaku semuanya kamu. Sembunyi-sembunyi mengintip HP sambil berharap ad

Tentangmu yang selalu manis

Adik, apa kabarmu disana? Baik-baik? Aku disini baik-baik, terkadang ingat kamu. Ingat kamu yang bawel, kamu yang cerewet, ingat suaramu yang cempreng. Oke, mungkin aku sedikit berbohong kalau kubilang aku ingat suaramu. Aku sudah lupa, Dik, tapi aku ingat suaramu itu ganggu banget saking cemprengnya. Tapi, seganggu apapun suaramu, aku tetap kangen, Dik. Kangen sekali. Sampai-sampai aku rela deh kamu cereweti, seharian pun ga papa. Adik, kamu masih tetap centil kan? Aku ingat, tiap lihat kamera kamu langsung bergaya centil dengan menaruh satu tangan di pinggang, satu tangan lagi di pipi. Lalu kamu angkat sebelah kakimu dan tersenyum manis menatap kamera. Ah, kamu sepertinya punya bakat untuk jadi model, Dik. Apalagi dengan badanmu yang langsing dan senyummu yang berlesung pipit itu. Belum lagi matamu yang bulat mempesona dan berbinar-binar, seakan kamu manusia paling bebas masalah di dunia ini. Aku kangen difoto denganmu, Dik. Karena seheboh apapun gayaku, tetap saja gayamu pasti lebi

Senyum untukmu yang lucu

Masih ingat kan sama hari Sabtu itu? Waktu itu pertama kali aku melihatmu. Kamu diam di pojok situ, dengan mata berbinar lucu. Aku terpesona seketika itu. Kamu tahu? Seharian itu aku tak sanggup berhenti memikirkanmu. Senyum-senyum sendiri mengingat kelucuanmu. Sampai aku dianggap "kumat" oleh teman-temanku. Hahahaha, tidak masalah buatku. Mereka kan tidak tahu betapa lucunya kamu.   Tiap hari di waktu yang sama kamu ada disitu. Aku juga jadi sering lewat situ. Menunggu saat yang tepat untuk berkenalan denganmu. Akhirnya aku tegur dirimu di hari Rabu. Aku tak membuang waktu, kuminta semua nomor kontakmu. Dari mulai nomor hape sampai pin BBmu. Semakin kenal kamu, aku semakin suka padamu. Hai kamu... Iya, kamu. Ga usah tengak-tengok celingak-celinguk begitu. Kamu kok yang aku maksud. Senyum dong untukku. :) Karena senyumku hari ini, sebagian besar karena ingat kamu. Hai kamu yang lucu, kamu mau kan jadi pacarku? Supaya aku tersenyum setiap hari karena tahu kamu denganku.

Artiku Artimu

Artiku Apa seperti setitik debu Yang dengan mudah kau tiup Hingga terbang tanpa deru Artiku Apa seperti setangkai bunga Yang kau biarkan layu di pojokan Tanpa makna bagi rasa Artiku Apa seperti rumput di halaman Yang meski kau sirami dan pelihara Namun tetap kau injak sesuka hati Artiku Apa bagimu? Artimu Seperti nasi Yang harus kumakan tiap hari Apapun lauknya Artimu Seperti HP blackberry Ribut bunyi memberi notifikasi Namun serasa tak lengkap ketika mati suri Artimu Seperti bintang Yang menenangkan jiwa Menerangi jalan dan menerbitkan senyuman Artimu Itu bagiku First published at FB: September 2nd, 2011

Masa Lalu

Kamu.. Masa Lalu.. Diam di pojok otakku Lalu datang menguasai pikiranku sesukamu Masa Lalu Kenapa kamu seperti itu? Kenapa kamu tidak pergi saja dari situ? Kenapa kamu diam disitu? Salahku Tak bisa melepasmu, Masa Lalu Salahku Selalu mencari alasan untukmu Aku memang begitu Mencari alasan terjadinya kamu Mencari tahu pantaskah kamu terjadi padaku Selalu begitu Kalau aku belum tahu Aku tak bisa melepasmu, Masa Lalu Aku belum bisa maju Ya, separah inilah aku Masa Lalu Aku ingin maju dari kamu Aku lelah memikirkanmu Aku lelah mengandaikanmu Masa Lalu.. Lepaskan aku Bebaskan pikiranku Biarkan aku maju Hai, diriku Berhentilah memikirkan Masa Lalu Agar kita bisa maju Ya, agar kita bisa maju.. First published at FB: September 9th, 2011

Bahagiaku = ia tersenyum

Hujan.. Tolong sembunyikan air mata Sembunyikan tangisan Sembunyikan sesak dada Hujan.. Ia yang kusuka Menganggap aku tiada Acuhkan rasa yang ku kata Hujan.. Ia yang kudamba Anggap aku bergurau saja Anggap aku teman biasa Bukan salahnya Tapi salahku yang suka bercanda Sehingga ketika aku sungguh berkata Ia tak percaya Tak pernah terbersit di pikirannya Bahwa aku sungguh merasa Bahwa aku jujur berkata Bahwa aku amat mencinta Hujan.. Rahasiakan semua ini darinya Karena ketika ia tersenyum ceria Ketika itulah aku bahagia First published at FB: October 6th, 2011

Inilah aku, tanpamu

Waktu itu, kamu mengajak bertemu Ditemani coklat hangat dan hujan yang turun Di café itu, di bangku favorit kita itu Kamu ucap kata putus Memang aku tak menangis saat itu Tapi jangan kau sangka aku sekuat itu Aku hancur, hatiku remuk Tapi aku tak mau memberatkanmu Aku tahu ini bukan maumu Tapi aku tetap sedih karena kamu menyerah semudah itu Padahal aku masih ingin berjuang denganmu Dua tahun sudah berlalu Kita kembali bertemu Pertemuan yang kutunggu-tunggu Untuk tahu apa kata hatiku tentangmu Inilah aku, tanpamu Aku ahirnya tahu Ada hatiku yang masih untukmu tapi tak lagi seperti dulu Inilah aku, tanpamu Aku tahu mungkin bukan jalan kita untuk bersatu Tapi aku tetap sayang kamu Sayang kamu, tapi tak lagi terlalu inginimu Inilah aku, tanpamu