“Menikahlah denganku.” “APA?”, aku shock , kaget dengan perkataannya yang tiba-tiba. “Tak usah sekaget itu. Aku serius.” “Tapi, bukannya kau sudah punya pacar?” “Pacar? Kau betul-betul percaya ceritaku tentang ‘pacarku’ itu?”, ia menggelengkan kepala putus asa. “Aku tidak pernah punya pacar, aku mengarang itu semua supaya kau tidak curiga kalau aku mencintaimu selama ini.” “Tapi…” aku kehilangan kata-kata. “Tapi apa? Jangan bilang kalau kau tidak pernah curiga pada perasaanku, pada perlakuanku padamu. Kau tidak sebodoh itu. Justru wanita itu yang bodoh karena sudah menyia-nyiakan kamu.” Ia menarik nafas panjang. “Percayalah, aku mencintaimu selama ini. Beri aku kesempatan untuk membuktikannya. Menikahlah denganku, ya? Cukup sudah aku ada disampingmu sebagai sahabatmu. Biarkan aku mengisi hidupmu selanjutnya dan selamanya.” “Asal kau tahu saja, aku putus dengan pacarku ya gara-gara kamu. Entah sejak kapan kamu memenuhi isi kepalaku, membuatku inginimu lebih dari selama...
dimana asa, khayal, dan nyata berada...