Skip to main content

Everything NEVER goes as planned

I should've known better... Kapan sih semua yang direncanain berjalan lancar? It's like asking for a rainbow every time the rain stops falling. Ada aja yang salah, ada aja yang bermasalah, ada aja yang bikin semua yang udah disusun rapi harus berantakan lagi dan dimulai dari awal.

Just like this week. Everything I planned went smoothly, until 16.55 PM of Wednesday. OK, let's start from the very beginning.

Saya harus bikin protokol untuk kegiatan interkomparasi tingkat ASEAN. Tugas ini udah diserahkan ke saya sejak awal tahun 2014. Deadline: Mei 2014. Saya tipe yang suka menunda tugas, that's my weakness. Tapi, akhirnya, setelah berjuang melawan kemalasan, draft protokol selesai di akhir April. Saya kirim via e-mail ke atasan untuk minta persetujuan.

Awal Mei 2014, saya juga harus bikin power point dari protokol tersebut untuk dipresentasikan. Juga harus bikin video tentang langkah-langkah nya. I was busy doing other things, so I just shoot the video at the beginning of this week, which is mid May. Proses shooting berjalan lancar, sudah ada teman yang mau membantu mengedit video tersebut. Handycam saya pinjam dari TU untuk keperluan ini sejak Senin, dan rencananya akan dikembalikan Senin tgl 19 Mei.

Hari Selasa, hari ini diisi kepanikan karena kabel data untuk mentransfer video tersebut ke laptop tidak ada. Hampir sepanjang siang saya bolak balik kesana kemari mencari kabel data yang cocok. Untung saja, menjelang sore, kabel data yang cocok ditemukan.

Rabu siang, draft video super kasar sudah jadi. Saya sudah melihat dan memberi masukan apa saja yang kurang. Saya optimis, pengambilan gambar sudah cukup, handycam akan bisa dikembalikan hari Jumat.

Bencana datang melalui satu panggilan telepon pada pukul 16.50, hanya 10 menit sebelum jam pulang. Protokol yang saya buat, tidak sesuai dengan permintaan ASEAN. Permintaan ini tidak pernah sampai ke saya, jadi protokol harus direvisi. Merevisi protokol sih gampang, tinggal ganti kata saja. Yang bikin puyeng adalah merevisi video. Revisi protokol artinya revisi total video. Berarti harus shooting lagi. Berarti handycam tidak bisa dikembalikan hari Jumat karena cameraman dan aktor video saya sama-sama tidak masuk pada hari Jumat.

Dan Jumat pagi, tiba-tiba datang juga pemberitahuan bahwa handycam harus dikembalikan sore ini karena mau dipakai pihak lain. Saya lemas, sekaligus ingin marah. Tapi tidak ada gunanya kan?

Akhirnya saya cari orang lain yang bisa dimintai tolong jadi cameraman saya. Sementara saya dengan terpaksa akan menjadi aktris dalam video itu. Untunglah hanya tangan saya saja yang akan di shoot. Teman saya bersedia, namun waktu luangnya hanya di sore hari. Yah, daripada tidak sama sekali?

Jumat siang, teman yang akan mengedit video itu tiba2 datang ke kantor. Titik terang dan secercah harapan mulai tampak. Syuting di sore hari berjalan lancar, pemindahan data juga lancar.

So, can I hope that starting this point onwards, everything will run smoothly? Please please, pretty please?

Comments

Popular posts from this blog

Tick Tock Escape

I should have wrote this review sooner . Akhir-akhir ini lagi happening banget game detektif-detektif-an atau puzzle rooms . Awalnya denger tentang game ginian dari adikku tersayang, karena di Jakarta katanya nge- trend banget. Dia yakin aku bakalan suka game ini dan ngajakin main di Bandung. Salah satu tempat yang eksis banget itu namanya Ticktock Escape Room di Ciwalk Bandung. Awalnya nyoba main room yang level medium , pilihannya The Mansion's Heist atau Murder at Opera House. Kita main bertiga: aku, adikku, dan sepupuku. Biayanya lumayan sekali main, di atas 100 rb per orang. Biaya dan info lebih lengkap bisa liat disini . Lebih banyak pemainnya, biaya per orang nya jadi lebih murah. Kita nyoba main di Murder at Opera House. Sebelum masuk, semua HP dan tas harus disimpan di loker yang ada di luar ruangan. Pokonya masuk ke dalam ruangan itu hanya bawa diri sendiri aja, ga bawa pulpen atau apapun. Lebih baik booking dulu sebelum main, supaya room yang kita mau

A Journey To India (part 2)

So, kemaren sampe mana ceritanya? Ngurus-ngurus dokumen ya? Well, here's some more. Flight gw jam 11.50 siang dari Cengkareng, naik Malaysia Airlines. Yep, the famous MH flights yang ada di berita akhir-akhir ini. Berangkat naik Primajasa jam 5 pagi, dan pas sebelom berangkat tiba-tiba ibu naik ke bis hanya untuk ngasih tasbih. Tasbih! Bikin makin gimanaaaaaa ga sih? Hehehehe.. Well , bismillah. Here I go! Yang bikin deg-degan sebenernya adalah will I make it ? Karena biasanya pergi dinas kan berdua. At least kalo ada apa-apa, ya ada temennya. Ini sendirian banget. Serius, gw takut. Apalagi dengan tensi yang masih tinggi, ngukur sebelum berangkat di 150/100. Tapiii yaaa dijalani aja. Berangkat jam 5, nyampe bandara jam 8an. Kepagian. Mau check in , nunggu dulu lah jam 9an. Nongkrong sendirian kayak orang bingung di bandara. Sarapan roti di kursi tunggu yang di luar gate, so sad actually . I feel all alone. Abis sarapan, minum obat, nongkrong, bengong, akhirnya memut

Training online? Makhluk apa itu?

Pernah denger training online? Makhluk apa sih itu? 😅 Awalnya baca postingan FB seorang teman lama, dia abis ikut training menulis secara online dan lagi gencar-gencarnya mempromosikan training tersebut. Trus mikir, hmm... should I try this kind of training? Secaraaaa biasanya kalo ikutan training/diklat/kursus/whatever the name is, selalu ikut secara offline. Offline, artinya masuk kelas, ketemu muka sama yang ngajar, have a one on one experience at some point. Tapi lalu mikir, dengan hectic nya kerjaan saat ini (my schedule until Indonesia’s Independence Day already full booked), kapan gw punya waktu untuk training offline? Sementara blog ini semakin lama semakin berdebu dan telantar, bahkan draft blog post pun ga nambah-nambah. Padahal masih punya utang nyelesein cerita Japan trip tahun lalu. Yes, tahun lalu berangkatnya. Ceritanya ga kelar-kelar ampe sekarang. Hiks. 😭 Taken from Rahayu Asda post on FB Akhirnya setelah banyak mikir, daftar deh buat ikutan Tr