Skip to main content

England The Dreamland

"Final call to all passengers of flight SQ965 to Jakarta, please board the aircraft through gate D2 immediately, thank you.", sayup-sayup kudengar panggilan boarding.

Pengalaman 9 hari terakhir berpacu di ingatan. Menaiki London Eye, mencari second star to the right of Big Ben (you know, the gate to Neverland on Peter Pan's movie), berpose di Abbey Road, menginjakkan kaki di Westminster Abbey, mengunjungi markas Sherlock Holmes, mengunjungi stadion-stadion sepak bola yang aku ga hafal namanya... London in autumn, baby!

Pengalaman paling berkesan adalah mengetuk-ngetuk tiang platform antara platform 9 dan 10, berharap platform 9 3/4 betul-betul ada dan bahwa aku bukanlah Muggle. London di musim gugur benar-benar mempesona. Heck, London in any season would always take my breath away. All my dreams came true! Well, almost all my dreams...

Kubuka foto-foto yang ada di kameraku. Isinya penuh dengan fotoku di hampir setiap tikungan. Hahahaha... Untung saja aku bertukar kamera denganmu. Jadi kameraku penuh fotoku, kameramu penuh fotomu. Win-win solution untuk kita yang ingin punya bukti sebanyak-banyaknya kalau kita sudah mencapai London.

Aku teringat ketika kita berkenalan 9 hari yang lalu, senyummu manis sekali, dan membuatku ingin ikut tersenyum pula. Sepanjang perjalanan kita asik mengobrol, seperti teman lama.

Kamu yang memberi ide brilian untuk bertukar kamera. Aku menyambut ide itu dengan suka cita. Kita jadi tak terpisahkan sepanjang perjalanan. Kamu membuat perjalanan yang sudah indah ini (hell, it's free and it's London, baby!), jadi makin indah.

Tawamu membuatku rindu, senyummu mencerahkan hatiku. Tapi, aku ga berani berharap lebih. Aku selalu bilang pada diri sendiri, kamu baik sama semua orang, bukan sama aku saja. Jadi, ga boleh ge-er. Ga boleh ge-er...

Ah, kamu...

Aku tersenyum-senyum melihat foto selfie kita berdua. Tiba-tiba hatiku terasa sakiiit sekali, aku sadar dalam waktu kurang dari dua jam, kita akan berpisah. Lalu, apa? Begini sajakah akhirnya?

Kutarik nafas panjang.

"Final call to all passengers of flight SQ965 to Jakarta, please board the aircraft through gate D2 immediately, thank you."

Seseorang mencolek lenganku.

"Isn't that our flight? We should board the plane soon.", kamu tersenyum manis.

"Yeah. Thanks.", kataku ramah sambil membalas senyummu. Kuambil ransel kecilku, dan kulihat kamu berdiri di sampingku, menungguku beranjak.

"Ga rela pulang ya?", tanyamu sambil tersenyum jahil.

"Iyaaaaa...", jawabku agak merajuk.

"Don't worry. We have the memories in our heart and our camera. Yuk?", kamu mengulurkan tangan. Kuraih dan kugenggam tanganmu, beranjak dari kursi Changi Airport dan menguatkan hati untuk pulang. Pulang, dan berpisah denganmu.

"One more thing, if you let me, I'll always be by your side.", bisikmu.

Aku tersipu, dan kugenggam tanganmu lebih erat.

Now, all my dreams have come true. :)

Comments

Popular posts from this blog

Tick Tock Escape

I should have wrote this review sooner . Akhir-akhir ini lagi happening banget game detektif-detektif-an atau puzzle rooms . Awalnya denger tentang game ginian dari adikku tersayang, karena di Jakarta katanya nge- trend banget. Dia yakin aku bakalan suka game ini dan ngajakin main di Bandung. Salah satu tempat yang eksis banget itu namanya Ticktock Escape Room di Ciwalk Bandung. Awalnya nyoba main room yang level medium , pilihannya The Mansion's Heist atau Murder at Opera House. Kita main bertiga: aku, adikku, dan sepupuku. Biayanya lumayan sekali main, di atas 100 rb per orang. Biaya dan info lebih lengkap bisa liat disini . Lebih banyak pemainnya, biaya per orang nya jadi lebih murah. Kita nyoba main di Murder at Opera House. Sebelum masuk, semua HP dan tas harus disimpan di loker yang ada di luar ruangan. Pokonya masuk ke dalam ruangan itu hanya bawa diri sendiri aja, ga bawa pulpen atau apapun. Lebih baik booking dulu sebelum main, supaya room yang kita mau

A Journey To India (part 2)

So, kemaren sampe mana ceritanya? Ngurus-ngurus dokumen ya? Well, here's some more. Flight gw jam 11.50 siang dari Cengkareng, naik Malaysia Airlines. Yep, the famous MH flights yang ada di berita akhir-akhir ini. Berangkat naik Primajasa jam 5 pagi, dan pas sebelom berangkat tiba-tiba ibu naik ke bis hanya untuk ngasih tasbih. Tasbih! Bikin makin gimanaaaaaa ga sih? Hehehehe.. Well , bismillah. Here I go! Yang bikin deg-degan sebenernya adalah will I make it ? Karena biasanya pergi dinas kan berdua. At least kalo ada apa-apa, ya ada temennya. Ini sendirian banget. Serius, gw takut. Apalagi dengan tensi yang masih tinggi, ngukur sebelum berangkat di 150/100. Tapiii yaaa dijalani aja. Berangkat jam 5, nyampe bandara jam 8an. Kepagian. Mau check in , nunggu dulu lah jam 9an. Nongkrong sendirian kayak orang bingung di bandara. Sarapan roti di kursi tunggu yang di luar gate, so sad actually . I feel all alone. Abis sarapan, minum obat, nongkrong, bengong, akhirnya memut

Training online? Makhluk apa itu?

Pernah denger training online? Makhluk apa sih itu? 😅 Awalnya baca postingan FB seorang teman lama, dia abis ikut training menulis secara online dan lagi gencar-gencarnya mempromosikan training tersebut. Trus mikir, hmm... should I try this kind of training? Secaraaaa biasanya kalo ikutan training/diklat/kursus/whatever the name is, selalu ikut secara offline. Offline, artinya masuk kelas, ketemu muka sama yang ngajar, have a one on one experience at some point. Tapi lalu mikir, dengan hectic nya kerjaan saat ini (my schedule until Indonesia’s Independence Day already full booked), kapan gw punya waktu untuk training offline? Sementara blog ini semakin lama semakin berdebu dan telantar, bahkan draft blog post pun ga nambah-nambah. Padahal masih punya utang nyelesein cerita Japan trip tahun lalu. Yes, tahun lalu berangkatnya. Ceritanya ga kelar-kelar ampe sekarang. Hiks. 😭 Taken from Rahayu Asda post on FB Akhirnya setelah banyak mikir, daftar deh buat ikutan Tr