Skip to main content

Rasa ini untukmu

Ketemu kamu pertama kali baru Kamis lalu
Tapi langsung suka padamu, pada "nyunda"-mu
Aku tak berani berharap kamu masih seperti aku
Masih sendiri seperti diriku

Kamis kemarin ketemu kamu lagi
Lalu temanmu memberi info terkini
Kamu katanya masih sendiri
Senyumku langsung mengembang di bibir

Benarkah kamu masih sendiri?
Bolehkah aku mengeceng dirimu, officially?
Apakah aku menyukaimu terlalu dini?
Atau haruskah kuhapus rasa asa ini?

Kapan ya, bisa ketemu lagi denganmu?
Aku deg-deg an menunggu email darimu
Email yang sengaja kupinta untuk menyambung tali itu
Ya, sengaja kupinta supaya hubungan tidak langsung putus begitu

Duh, aku rindu sama kamu
Ingin dengar kabar darimu
Ingin kenal kamu lebih jauh
Ingin merasakan rasa itu lagi padamu

Duh, rindu ini begitu menyiksa
Tapi aku begitu menikmatinya
Hei, jangan kamu pikir aku gila
Aku hanya pecandu cinta

Aku menikmati setiap proses mencinta
Rindu, deg-deg an
Tersiksa, bahagia
Merajut asa dan merenda khayal

Kucoba meng-googling dirimu
Tapi tak ada hasilnya, kau tahu?
Ulangtahunmu pun aku tak tahu
Duh, apa yang harus kulakukan untuk tahu kamu?

Eh, kamu
Aku suka kamu
Lihat aku
Lihat aku yang menyukai dirimu

Comments

Popular posts from this blog

Kamu yang Entah Dimana

Mendadak merasa lelah  Seakan tubuh ini pecah  Pikiran pastinya gundah  Penat di hati membuncah  Ingin ada seseorang di sebelah  Yang ada saat aku payah  Sabar ketika aku marah  Sayangi aku tak terbelah  Hai kamu yang entah dimana  Kapan ya kamu ada?  Kapan ya kita berjumpa?  Aku inginnya segera  Hai kamu yang entah dimana  Apa kamu belum lelah berkelana?  Apa kamu belum ingin melabuhkan jiwa?  Denganku berbagi suka duka  Hai kamu yang entah dimana  Aku sudah lelah sendiri saja  Ingin bersama kamu secepatnya  Saling menyayangi seutuhnya  Hai kamu yang entah dimana  Bersua denganku yuk, segera?  Lalu kita berkelana bersama  Kesini dan kesana berdua 

DAG DIG DUG!

Kulangkahkan kaki menuju pantry . Kutenangkan diriku, kuhirup nafas panjang. Tarik nafas, buang nafas, tarik nafas, buang nafas… Kubuat secangkir teh panas. Kental. Pahit. Lalu kubawa cangkir itu ke meja kerjaku. Kulirik jam dinding, masih jam 7.30 pagi. Dia belum datang. DAG DIG DUG! Aku berusaha menenangkan diriku. Mataku tak lepas memandang pintu, sambil kuhirup tehku perlahan-lahan. Rasa pahitnya menyerang indra perasaku, sepahit apa yang kurasakan saat ini. Kenapa dia belum datang? Jam sudah menunjukkan pukul 7.45. Jam 7.55, dia masih belum datang. Ah, apa dia sakit? Kalau dia tidak datang, terpaksa aku menunda omongan ini sampai besok. Padahal aku sudah tidak sanggup lagi memendamnya. Sudah beberapa hari ini aku berperang dengan batinku sendiri, kapankah waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini. Sudah beberapa hari ini aku tidak bisa tidur nyenyak, khawatir akan tanggapannya tentang ini. DAG DIG DUG! Dia datang! Tepat pukul 8.00. Seperti biasa dia menyebarkan senyuman mau...

I beg you, please...

The more I tell myself not to fall for you, the more I fell.. Your little gestures make my heart melts over and over again. You come to help when I ask, without hesitate, with no fuss. You're willing to bring something I want, no questions asked, not feeling burdened. You are kind to me. Too kind. It makes me question if there is any love hidden beneath your actions. If you don't love me, please don't be that kind. Please... I beg you, please don't be too kind to me... I'm not sure I can handle any more heartache. Please... I beg you, please don't be too kind to me. For I might want you more than I would, need you more than I could, and love you more than I should. Please... I beg you, please.......