Skip to main content

Hey, kamu...

Dia bilang kamu mau deketin aku
Katanya, aku mungkin cocok jadi istrimu
Katanya juga, kamu sudah cerita tentang aku
Sama orang tuamu

Dia tanya, aku gimana sama kamu
Dia tanya, mau ga aku didekati kamu
Dia juga tanya, cocok ga kamu jadi suamiku
Aku jawab, ya harus dijajaki dulu

Ada dua syarat dari orang tuaku
Untuk jadi suamiku
Laki-laki dan muslim, hanya itu
Dua syarat itu tentunya ada di kamu

Aku selalu ingin punya suami
Yang bisa diajak bicara dan berbagi
Tentang apa saja dalam hidup ini
Dan kamu enak diajak ngobrol sejauh ini

Aku juga ingin pasangan
Yang tingkat pendidikannya tidak jauh berbeda
Supaya dia tidak minder nantinya
Well, syukurlah kamu sudah S2

Tapi kok kamu dingin begitu?
Katanya mau deketin aku
Aku jadi ragu
Takutnya dia salah mengerti maksudmu

Hey, kamu...
Masa aku melulu yang whatsappin kamu?
Sekali-kali kamu duluan dong yang tegur aku
Supaya akunya nggak ragu

Hey, kamu...
Memangnya kamu ga pernah kangen sama aku?
Aku sih kangen ngobrol sama kamu
Ketawa ketiwi ngomongin ini itu

Hey, kamu...
Bener ga sih kamu mau deketin aku?
Tolong jawab yang jujur
Supaya aku ga keburu sayang sama kamu

Comments

Popular posts from this blog

Kamu yang Entah Dimana

Mendadak merasa lelah  Seakan tubuh ini pecah  Pikiran pastinya gundah  Penat di hati membuncah  Ingin ada seseorang di sebelah  Yang ada saat aku payah  Sabar ketika aku marah  Sayangi aku tak terbelah  Hai kamu yang entah dimana  Kapan ya kamu ada?  Kapan ya kita berjumpa?  Aku inginnya segera  Hai kamu yang entah dimana  Apa kamu belum lelah berkelana?  Apa kamu belum ingin melabuhkan jiwa?  Denganku berbagi suka duka  Hai kamu yang entah dimana  Aku sudah lelah sendiri saja  Ingin bersama kamu secepatnya  Saling menyayangi seutuhnya  Hai kamu yang entah dimana  Bersua denganku yuk, segera?  Lalu kita berkelana bersama  Kesini dan kesana berdua 

DAG DIG DUG!

Kulangkahkan kaki menuju pantry . Kutenangkan diriku, kuhirup nafas panjang. Tarik nafas, buang nafas, tarik nafas, buang nafas… Kubuat secangkir teh panas. Kental. Pahit. Lalu kubawa cangkir itu ke meja kerjaku. Kulirik jam dinding, masih jam 7.30 pagi. Dia belum datang. DAG DIG DUG! Aku berusaha menenangkan diriku. Mataku tak lepas memandang pintu, sambil kuhirup tehku perlahan-lahan. Rasa pahitnya menyerang indra perasaku, sepahit apa yang kurasakan saat ini. Kenapa dia belum datang? Jam sudah menunjukkan pukul 7.45. Jam 7.55, dia masih belum datang. Ah, apa dia sakit? Kalau dia tidak datang, terpaksa aku menunda omongan ini sampai besok. Padahal aku sudah tidak sanggup lagi memendamnya. Sudah beberapa hari ini aku berperang dengan batinku sendiri, kapankah waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini. Sudah beberapa hari ini aku tidak bisa tidur nyenyak, khawatir akan tanggapannya tentang ini. DAG DIG DUG! Dia datang! Tepat pukul 8.00. Seperti biasa dia menyebarkan senyuman mau...

I beg you, please...

The more I tell myself not to fall for you, the more I fell.. Your little gestures make my heart melts over and over again. You come to help when I ask, without hesitate, with no fuss. You're willing to bring something I want, no questions asked, not feeling burdened. You are kind to me. Too kind. It makes me question if there is any love hidden beneath your actions. If you don't love me, please don't be that kind. Please... I beg you, please don't be too kind to me... I'm not sure I can handle any more heartache. Please... I beg you, please don't be too kind to me. For I might want you more than I would, need you more than I could, and love you more than I should. Please... I beg you, please.......