Skip to main content

A Long Life Dream

Pernah punya mimpi? Pasti pernah. Pernah punya mimpi karena manifestasi masa kecil, dimana mimpi itu makin lama makin kuat seiring waktu? Saya pernah, dan saya punya. Ini yang saya sebut a long life dream, mimpi sepanjang hidup.

Masa kecil saya diisi dengan film-film kartun Disney. Salah satu yang paling terpatri di ingatan adalah film Peter Pan, dimana untuk mencapai Neverland kita harus menuju "second star to the right, straight on 'til morning" yang dilatarbelakangi megahnya Big Ben. Think of the happiest thing, it's the same as having wings. With faith, trust, and Tinker Bell's pixie dust, boom! YOU CAN FLY! Then, off to Neverland, where you never grow old. :) Sejak menonton film itu, saya ingin sekali bisa terbang, lalu ke Inggris, dan menuju Neverland. Sekarang, saat sudah besar, saya tahu manusia tidak bisa terbang. Tapi mimpi melihat Big Ben masih selalu ada di hati.


Masa kecil saya juga diisi dengan membaca habis novel-novel karangan Enid Blyton. Lima Sekawan, Sapta Siaga, Malory Towers... Hampir semua saya baca. Latar belakang negara Inggris begitu kuat di setiap novel itu. Membuat saya makin terpikat dan ingin melihat langsung negara tersebut.

Keinginan itu pun diperkuat dengan adanya musisi-musisi Inggris yang hadir dalam hidup saya karena pengaruh orang tua. Ibu dan Bapak saya suka sekali The Beatles, Bee Gees maka saya tumbuh dengan mendengarkan lagu-lagu mereka. Ketika beranjak remaja saya pun mengenal boyband Take That, Blue, juga STEPS. Inggris semakin memikat saya.

Belum lagi di tahun 90an dimana semua anak gadis bermimpi menjadi pacar Prince William. :p Saya berangan-angan pergi ke Inggris, lalu entah bagaimana bertemu dengan Prince William dan saling jatuh cinta. Then lived happily ever after, just like Cinderella. Foolish dream, yet beautiful. Toh Lady Diana saja bisa menikah dengan Prince Charles. If a commoner could marry a royal, then why can't I? :D

Mimpi saya makin kuat ketika ada sosok Mr. Bean di TV. Mr. Bean yang amat pelit, jorok, lucu dan konyol, membuat saya penasaran apakah benar orang Inggris tipikalnya seperti itu? I should witness it by my own eyes.

Ketika serial TV favorit saya, FRIENDS, juga melakukan pengambilan gambar di Inggris, saya makin kepingin pergi kesana. Menapaki jejak Joey yang pergi ke Westminster Abbey sambil tak lupa beli topi khas Inggris super gede. 

Ada juga klub sepak bola Inggris yang tenar karena permainan menyerangnya. My heart falls to Chelsea FC, karena saya lebih suka permainan yang masih ada "seni"nya, ga melulu menyerang cepat seperti tipikal klub sepak bola Inggris yang lain. :p

Dan gong terakhir yang membuat mimpi saya untuk pergi ke Inggris makin menggebu, tak lain dan tak bukan adalah novel dan film Harry Potter. Sosok kota London, Stasiun King's Cross... I want to go there so so so much! I just can't express how badly I want to go there by words.

Mimpi saya akhirnya punya kesempatan untuk terwujud. Mimpi saya sedari kecil, my long life dream to go to England, has finally had a chance to come true. Ada blog contest dari Mr. Potato ID, snack favorit saya, yang hadiahnya adalah pergi ke Inggris dan mengunjungi tempat-tempat yang ada dalam mimpi saya. So, please, make my dream comes true.

Comments

Popular posts from this blog

Kamu yang Entah Dimana

Mendadak merasa lelah  Seakan tubuh ini pecah  Pikiran pastinya gundah  Penat di hati membuncah  Ingin ada seseorang di sebelah  Yang ada saat aku payah  Sabar ketika aku marah  Sayangi aku tak terbelah  Hai kamu yang entah dimana  Kapan ya kamu ada?  Kapan ya kita berjumpa?  Aku inginnya segera  Hai kamu yang entah dimana  Apa kamu belum lelah berkelana?  Apa kamu belum ingin melabuhkan jiwa?  Denganku berbagi suka duka  Hai kamu yang entah dimana  Aku sudah lelah sendiri saja  Ingin bersama kamu secepatnya  Saling menyayangi seutuhnya  Hai kamu yang entah dimana  Bersua denganku yuk, segera?  Lalu kita berkelana bersama  Kesini dan kesana berdua 

DAG DIG DUG!

Kulangkahkan kaki menuju pantry . Kutenangkan diriku, kuhirup nafas panjang. Tarik nafas, buang nafas, tarik nafas, buang nafas… Kubuat secangkir teh panas. Kental. Pahit. Lalu kubawa cangkir itu ke meja kerjaku. Kulirik jam dinding, masih jam 7.30 pagi. Dia belum datang. DAG DIG DUG! Aku berusaha menenangkan diriku. Mataku tak lepas memandang pintu, sambil kuhirup tehku perlahan-lahan. Rasa pahitnya menyerang indra perasaku, sepahit apa yang kurasakan saat ini. Kenapa dia belum datang? Jam sudah menunjukkan pukul 7.45. Jam 7.55, dia masih belum datang. Ah, apa dia sakit? Kalau dia tidak datang, terpaksa aku menunda omongan ini sampai besok. Padahal aku sudah tidak sanggup lagi memendamnya. Sudah beberapa hari ini aku berperang dengan batinku sendiri, kapankah waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini. Sudah beberapa hari ini aku tidak bisa tidur nyenyak, khawatir akan tanggapannya tentang ini. DAG DIG DUG! Dia datang! Tepat pukul 8.00. Seperti biasa dia menyebarkan senyuman mau...

I beg you, please...

The more I tell myself not to fall for you, the more I fell.. Your little gestures make my heart melts over and over again. You come to help when I ask, without hesitate, with no fuss. You're willing to bring something I want, no questions asked, not feeling burdened. You are kind to me. Too kind. It makes me question if there is any love hidden beneath your actions. If you don't love me, please don't be that kind. Please... I beg you, please don't be too kind to me... I'm not sure I can handle any more heartache. Please... I beg you, please don't be too kind to me. For I might want you more than I would, need you more than I could, and love you more than I should. Please... I beg you, please.......