Skip to main content

Illucinati

Sabtu malam, 28 Desember 2013, malam minggu terakhir di 2013. I got 4 tickets to watch Ernest Prakasa's stand up comedy tour: Illucinati. Acara dilaksanakan di Saung Angklung Udjo, dari jam 19.00 WIB. Open gate dari jam 18.30 WIB.

Arie Kriting sebagai opener tetap,mampu menyajikan materi yang pecah. Yang paling saya ingat, adalah ekspresi wajah Arie ketika walikota Bandung Ridwan Kamil datang ditengah-tengah materinya. Materi yang sedang disampaikan tidak tanggung-tanggung vulgarnya: tentang kepala k*nt*l. :)) His expression was priceless! Saya rasa, Arie mengalami blank selama sesaat, karena dia benar-benar bengong dan tidak mampu berkata-kata. Namun, keadaan ini diatasi dengan sangat baik, dengan meminta penonton supaya memandang dirinya saja,bukan orang yang baru datang.
Ernest was hilarious! Ada tips-tips yang berguna untuk masa depan bangsa, yaitu tips membeli kondom serta tips untuk membedakan payudara asli dan palsu. Kalo payudara asli, pasti ada delay dalam pergerakan. :))

Anyway, saya salut pada Ernest yang bisa menertawakan nasib ke-Cina-an nya dengan begitu wajar. Mendengarkan Ernest stand up seperti mendengarkan teman-teman Chinese saya mengeluh. What's Chinese or pribumi anyway? We're all Indonesian. Don't judge a person by his/her sipitness. :)

Comments

Popular posts from this blog

Kamu yang Entah Dimana

Mendadak merasa lelah  Seakan tubuh ini pecah  Pikiran pastinya gundah  Penat di hati membuncah  Ingin ada seseorang di sebelah  Yang ada saat aku payah  Sabar ketika aku marah  Sayangi aku tak terbelah  Hai kamu yang entah dimana  Kapan ya kamu ada?  Kapan ya kita berjumpa?  Aku inginnya segera  Hai kamu yang entah dimana  Apa kamu belum lelah berkelana?  Apa kamu belum ingin melabuhkan jiwa?  Denganku berbagi suka duka  Hai kamu yang entah dimana  Aku sudah lelah sendiri saja  Ingin bersama kamu secepatnya  Saling menyayangi seutuhnya  Hai kamu yang entah dimana  Bersua denganku yuk, segera?  Lalu kita berkelana bersama  Kesini dan kesana berdua 

DAG DIG DUG!

Kulangkahkan kaki menuju pantry . Kutenangkan diriku, kuhirup nafas panjang. Tarik nafas, buang nafas, tarik nafas, buang nafas… Kubuat secangkir teh panas. Kental. Pahit. Lalu kubawa cangkir itu ke meja kerjaku. Kulirik jam dinding, masih jam 7.30 pagi. Dia belum datang. DAG DIG DUG! Aku berusaha menenangkan diriku. Mataku tak lepas memandang pintu, sambil kuhirup tehku perlahan-lahan. Rasa pahitnya menyerang indra perasaku, sepahit apa yang kurasakan saat ini. Kenapa dia belum datang? Jam sudah menunjukkan pukul 7.45. Jam 7.55, dia masih belum datang. Ah, apa dia sakit? Kalau dia tidak datang, terpaksa aku menunda omongan ini sampai besok. Padahal aku sudah tidak sanggup lagi memendamnya. Sudah beberapa hari ini aku berperang dengan batinku sendiri, kapankah waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini. Sudah beberapa hari ini aku tidak bisa tidur nyenyak, khawatir akan tanggapannya tentang ini. DAG DIG DUG! Dia datang! Tepat pukul 8.00. Seperti biasa dia menyebarkan senyuman mau...

I beg you, please...

The more I tell myself not to fall for you, the more I fell.. Your little gestures make my heart melts over and over again. You come to help when I ask, without hesitate, with no fuss. You're willing to bring something I want, no questions asked, not feeling burdened. You are kind to me. Too kind. It makes me question if there is any love hidden beneath your actions. If you don't love me, please don't be that kind. Please... I beg you, please don't be too kind to me... I'm not sure I can handle any more heartache. Please... I beg you, please don't be too kind to me. For I might want you more than I would, need you more than I could, and love you more than I should. Please... I beg you, please.......