Skip to main content

Tick Tock Escape

I should have wrote this review sooner. Akhir-akhir ini lagi happening banget game detektif-detektif-an atau puzzle rooms. Awalnya denger tentang game ginian dari adikku tersayang, karena di Jakarta katanya nge-trend banget. Dia yakin aku bakalan suka game ini dan ngajakin main di Bandung. Salah satu tempat yang eksis banget itu namanya Ticktock Escape Room di Ciwalk Bandung.

Awalnya nyoba main room yang level medium, pilihannya The Mansion's Heist atau Murder at Opera House. Kita main bertiga: aku, adikku, dan sepupuku. Biayanya lumayan sekali main, di atas 100 rb per orang. Biaya dan info lebih lengkap bisa liat disini. Lebih banyak pemainnya, biaya per orang nya jadi lebih murah. Kita nyoba main di Murder at Opera House.

Sebelum masuk, semua HP dan tas harus disimpan di loker yang ada di luar ruangan. Pokonya masuk ke dalam ruangan itu hanya bawa diri sendiri aja, ga bawa pulpen atau apapun. Lebih baik booking dulu sebelum main, supaya room yang kita mau pasti tersedia. Setelah masuk ruangan, kita di briefing dulu sama Mas/Mbak nya, ngasih tau apa yang harus kita lakukan, bahwa batas waktu kita satu jam saja, dan kita punya 3x chance untuk minta clue kalo udah mentok banget. Sisa waktu kita di room itu bisa diliat di layar gede, dan Mas/Mbak nya pun pamit dan ngunci pintu ruangannya. Ngunci?? Yes! Seriusan dikunci, jadi kita ga bisa ngabur. Justru itu tujuannya, kita harus escape dari ruangan itu dengan memecahkan teka-teki yang ada. Saran: pipis dulu sebelum main, apalagi kalo kamu orangnya sering beser, kayak aku.

Setelah ditinggal ma Mas/Mbak nya, silakan langsung cari petunjuk yang ada di ruangan itu. Sadly, kita ga escape room ini di percobaan pertama. Soalnya, kita bertiga sama sekali belum pernah main escape room gini. Jadi geraknya agak santai, dan mikirnya agak kelamaan. Hahahaha.. Pas Mas/Mbak nya masuk untuk ngasih tau bahwa waktu kita habis, kita super penasaran jadinya, soalnya kita belum escaped. Melihat masih ada sisa uang di dompet, kita mau main lagi di room yang sama. Tapi Mas/Mbak nya bilang, sayang kalo main di room yang sama karena kita dikit lagi udah bisa escape room itu. Lebih baik coba room lain. Oke lah, kita coba yang The Mansion's Heist. Setelah game resmi dimulai, kita bener-bener ngobrak ngabrik room itu dengan cepat untuk cari petunjuk. Beda banget ma kelakuan di room pertama yang masih malu-malu kucing. Hihihi.. Hasilnya seperti bisa dilihat di foto di bawah ini: KITA ESCAPED! Sumringah kan muka kita? Hahahaha..

Escaped!
 Next weekend, main lagi ke Ticktock. Nagih banget euy main ini. Kita langsung pilih level hard, pilihannya The Curse of Tutankhamun atau Asylum. Hmmm, pilih yang mana yaaa.. Hahaha, menurut pengalaman kita setelah menamatkan semua room, level kesulitan room di Ticktock Escape adalah sebagai berikut, mulai dari yang termudah: The Mansion's Heist, Murder at Operqa House, Asylum, dan The Curse of Tutankhamun. Kita perlu main 2x untuk escape tiap room, soalnya kadang petunjuknya susah banget untuk dikira-kira maksudnya apa. Tapi ya pas udah escape, puaaaaasss banget rasanya.

So, dear Ticktock Escape Management, new room please.. :) Udah tamat semua nih.
 
We escaped all room! New room please..

Comments

Popular posts from this blog

Kamu yang Entah Dimana

Mendadak merasa lelah  Seakan tubuh ini pecah  Pikiran pastinya gundah  Penat di hati membuncah  Ingin ada seseorang di sebelah  Yang ada saat aku payah  Sabar ketika aku marah  Sayangi aku tak terbelah  Hai kamu yang entah dimana  Kapan ya kamu ada?  Kapan ya kita berjumpa?  Aku inginnya segera  Hai kamu yang entah dimana  Apa kamu belum lelah berkelana?  Apa kamu belum ingin melabuhkan jiwa?  Denganku berbagi suka duka  Hai kamu yang entah dimana  Aku sudah lelah sendiri saja  Ingin bersama kamu secepatnya  Saling menyayangi seutuhnya  Hai kamu yang entah dimana  Bersua denganku yuk, segera?  Lalu kita berkelana bersama  Kesini dan kesana berdua 

DAG DIG DUG!

Kulangkahkan kaki menuju pantry . Kutenangkan diriku, kuhirup nafas panjang. Tarik nafas, buang nafas, tarik nafas, buang nafas… Kubuat secangkir teh panas. Kental. Pahit. Lalu kubawa cangkir itu ke meja kerjaku. Kulirik jam dinding, masih jam 7.30 pagi. Dia belum datang. DAG DIG DUG! Aku berusaha menenangkan diriku. Mataku tak lepas memandang pintu, sambil kuhirup tehku perlahan-lahan. Rasa pahitnya menyerang indra perasaku, sepahit apa yang kurasakan saat ini. Kenapa dia belum datang? Jam sudah menunjukkan pukul 7.45. Jam 7.55, dia masih belum datang. Ah, apa dia sakit? Kalau dia tidak datang, terpaksa aku menunda omongan ini sampai besok. Padahal aku sudah tidak sanggup lagi memendamnya. Sudah beberapa hari ini aku berperang dengan batinku sendiri, kapankah waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini. Sudah beberapa hari ini aku tidak bisa tidur nyenyak, khawatir akan tanggapannya tentang ini. DAG DIG DUG! Dia datang! Tepat pukul 8.00. Seperti biasa dia menyebarkan senyuman mau...

I beg you, please...

The more I tell myself not to fall for you, the more I fell.. Your little gestures make my heart melts over and over again. You come to help when I ask, without hesitate, with no fuss. You're willing to bring something I want, no questions asked, not feeling burdened. You are kind to me. Too kind. It makes me question if there is any love hidden beneath your actions. If you don't love me, please don't be that kind. Please... I beg you, please don't be too kind to me... I'm not sure I can handle any more heartache. Please... I beg you, please don't be too kind to me. For I might want you more than I would, need you more than I could, and love you more than I should. Please... I beg you, please.......